sesekali ketika malam sudah terlampau larut — hingga seharusnya tak disebut malam lagi, entah mungkin pada jam 3 pagi lebih atau kurang dari pas, aku terbangun dengan bulir peluh dan detak jantung yang berkecamuk riuh. sebab ada malam dimana mimpi-mimpi buruk itu selalu menghantui, mimpi yang selalu sama dan berulang.
ketakutan.
mimpi itu adalah ketakutan dan ketakutan adalah mimpi itu sendiri. seperti paradoks yang masih dipertanyakan, aku pun turut mempertanyakan apa makna yang ingin dijelaskan. beberapa temanku bilang, ”mimpi adalah bunga tidur” aku benci kalimat itu.
“mimpi mu itu kan refleksi dari hal yang terlampau kamu pikirkan, makanya dia seakan menerormu. itu semua sebab pikiranmu sendiri.”
aku tahu itu.
sebab mimpi itu adalah kamu. sebab mimpi itu adalah ketika aku melihatmu dengan jelas namun tak ayal sekujur badan diri ini membeku dan lidah mendadak kehilangan fungsinya untuk membantuku meneriakkan nama mu.
sebab aku rindu akan presensi dan senyum mu yang selalu lega kupandang. karena ketika malam dengan mimpi menakutkan itu tiba, yang dapat kulihat adalah kamu yang menjauh seakan tanpa detak yang terdengar, cepat namun terasa lambat akibat rasa sakit dan berat — entah pada bahu atau relung hati.
sebab ketika semua mulai bicara dan mengimani kamu tak kembali, aku selalu memaki. dalam hati, atau saat sendiri, dan sesekali pada temanku. “sialan! tau apa mereka? aku yakin dia pasti kembali.” itulah, racauan ku. amarah ku. kepada mereka, semua yang berkata kamu sudah dihapuskan dan mereka yang bilang sudah terbiasa tanpa eksistensimu. aku marah, teramat.
terkadang kepalan tangan ini terlalu keras sampai menyakiti aku sendiri. sesekali temanku marah sebab aku terlihat sebagai raga tanpa jiwa yang hanya menunggu waktu kapan raga ini akan kalah. sesekali mereka ikut juga bersamaku menunggumu kembali, maka akan kuceritakan tentang kamu kepada yang lain juga. tentang kamu yang pernah salah, tentang kamu yang hanya manusia biasa.
kata mereka sudah pantas, agar tak ada ketimpangan.
tapi kenapa semuanya malah terasa semakin salah.
temanku — yang lain tentunya, bilang bahwa kamu akan kembali, maka bersama dengan tulisan ini ku selesaikan, kembalilah.
cepatlah kembali.